UPAYA PEMBANGUNAN KOTA BERKELANJUTAN DI ERA
GLOBALISASI
Pendahuluan
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia
mengeksploitasi sumberdaya dan
mengolahnya menjadi produk-produk alam dan yang sesuai dengan
keperluannya. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan gaya hidup
maka kebutuhan akan sumberdaya alam meningkat. Eksploitasi sumberdaya alam dan
pemanfaatanya yang didasarkan pada kepentingan ekonomi jangka pendek telah
menimbulkan dua sisi kerusakan lingkungan. Di satu sisi terjadilah penyusutan
sumberdaya alam dan di sisi lain terjadilah penumpukan limbah yang
mengakibatkan polusi.
Jika pembangunan yang hanya mementingkan
kepentingan ekonomi jangka pendek diteruskan maka kerusakan lingkungan akan
semakin parah sehingga generasi mendatang tidak lagi memiliki sumberdaya alam
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan akan hidup dalam kondisi lingkungan yang
tidak sehat. Agar kita dapat mewariskan lingkungan dalam keadaan baik sehingga
generasi mendatang masih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka kita perlu
melaksanakan pembangunan tanpa merusak lingkungan, atau yang disebut
pembangunan berkelanjutan.
Meskipun jargon pembangunan berkelanjutan
sudah dipopulerkan sejak tahun 1980-an, pada kenyataannya pelaksanaan
pembangunan di lndonesia masih menitikberatkan pada pembangunan ekonomi jangka
pendek. Para kepala daerah berupaya keras untuk meningkatkan PAD. Kawasan
konservasi dan hutan lindung yang tidak boleh dieksploitasi dianggap sebagai
penghambat pembangunan. Ada keinginan sebagian pejabat dan masyarakat untuk
mengalihfungsikan kawasan konservasi dan hutan lindung mienjadi kawasan
budidaya sehingga dapat diolah dan menghasilkan uang.
Untuk dapat
melaksanakan pembangunan berkelanjutan terlebih dulu kita harus mengubah cara
berfikir. Kebiasaan mementingkan keuntungan ekonomi jangka pendek harus kita
ubah menjadi mementingkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang, yang
dapat terwujud hanya jika lingkungan tetap terjaga sehingga lingkungan masih
dapat menjalankan fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan (Wiryono, 2007).
Dampak pembangunan terhadap lingkungan
Peningkatan konsumsi
SDA dan produksi barang-barang kebutuhan manusia tentu berdampak pada
lingkungan tempat hidup kita. Pada awal
kehidupan manusia di bumi, ketika jumlah manusia masih sedikit dengan gaya
hidup yang primitif, dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan sangat kecil.
Sebagran besar lingkungan kita masih berupa lingkungan alami. Lingkungan alami
menggunakan sumber energi utama berupa cahaya matahari dan merupakan suatu
ekosistem yang mandiri, yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Contoh
lingkungan alami adalah kawasan
konservasi baik di darat, misalnya hutan, maupun di perairan yang belum dirusak
manusia. Di hutan alam, tidak ada masalah limbah karena limbah itu akan
terdekomposisi secara alami. Tidak ada pula ledakan penyakit atau hama karena
interaksi antar organisme dalam ekosistem itu akan mengendalikan populasi setiap
spesies.
Ketika manusia mulai
bertani menetap maka manusia mengubah sebagian lingkungan alami tersebut
menjadi lingkungan pertanian atau domestik (cultivated or domesticated
environment) yang merupakan modifikasi dari lingkungan alami. Lingkungan
ini masih menggunakan tenaga matahari, tetapi telah memperoleh input energi
dari luar berupa tenaga manusia, mesin, pupuk, dan lain sebagainya. Contoh lingkungan
ini adalah lahan tanaman pertanian, lahan peternakan, kebun dan hutan tanaman.
Lingkungan alami dan lingkungan pertanian ini merupakan lingkungan penyangga kehidupan,
karena kehidupan kita tergantung pada keduanya (Odum, 1989).
Ketika kepadatan dan
kegiatan manusia bertambah tinggi terbentuklah lingkungan buatan atau kota,
yang sebagian besar energinya berupa bahan bakar. Banyak orang beranganggapan
bahwa kota merupakan puncak dari pembangunan, sehingga perubahan dari lingkungan
alami dan lingkungan pertanian menjadi perkotaan sering dianggap sebagai sebuah
kemajuan. Orang kota merasa lebih tinggi derajatnya dari pada orang desa.
Meskipun luas lingkungan
perkotaan jauh lebih kecil dari lingkungan pertanian dan lingkungan alami,
namun konsumsi energi di kota jauh lebih tinggi dari pada di kedua lingkungan
tersebut. Karena energi menghasilkan kerja, maka kegiatan manusia di lingkungan
perkotaan juga jauh lebih tinggi. Akibatnya, secara ekonomi jumlah uang di kota
jauh lebih tinggi dari pada di lingkungan lainnya. Maka kota menyedot
sumberdaya dari lingkungan pertanian dan alami. Kota merupakan parasit bagi
lingkungan pertanian dan alami karena kota mendapatkan udara bersih, air
bersih, makanan, energi dan kebutuhan lainnya dari lingkungan pertanian dan
alami (Odum, 1989). Kalau lingkungan pertanian dan alami rusak maka pasokan SDA
ke kota akan berkurang sehingga kegiatan manusia di kota juga akan berkurang.
Untuk mempertahankan
kehidupan manusia, maka lingkungan partanian dan alami yang merupakan sistem
penyangga kehidupan harus kita jaga. Namun pembangunan yang beroriontasi
pertumbuhan ekonomi jangka pendek seringkali mengabaikan kelestarian Iingkungan
pertanian dan alami ini. Akibatnya terjadi berbagai kerusakan lingkungan yang
pada gilirannya mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Salah
satu contoh bencana akibat
kerusakan lingkungan yang baru saja terjadi adalah banjir di Jakarta dan
sekitarnya yang menimbulkan kerugian beberapa triliun rupiah. Memang faktor
alam, yaitu curah hujan yang tinggi dan elevasi (ketinggian tanah) yang rendah,
berperan besar dalam menyebabkan banjir, tetapi kelalaian manusia membuat skala
banjir itu menjadi sangat besar. Lahan-lahan terbuka hijau di Jakarta maupun di
Kabupaten Bogor (Cisarua, Puncak, Cianjur) yang seharusnya berfungsi untuk meresapkan
air ke dalam tanah banyak yang telah diubah menjadi bangunan, maka volume air yang diserap tanah berkurang dan
sebaliknya volume air yang mengalir di permukaan tanah bertambah. Kelebihan air
itu seharusnya bisa ditampung di rawa-rawa, danau-danau dan situ, tetapi lahan
basah tempat menampung air itu sekarang banyak yang telah diurug dan berubah
menjadi daerah permukiman dan pertokoan. Akibatnya, air tersebut menggenangi jalan
dan bangunan. Selain itu, saluran-saluran pembuangan air di Jakarta sudah
menyempit dan dangkal akibat pembuatan bangunan di sekitar sungai dan
pembuangan sampah ke sungai. Akibatnya air tidak segera dapat dialirkan ke
laut.
Menuju pembangunan berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi berikutnya untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Dengan kata lain pembangunan berkelanjutan memanfaatkan sumber
daya secara bijaksana sehingga sumber daya tersebut tidak habis dan dapat
dinikmati oleh anak cucu. Pembangunan berkelanjutan memadukan dua ilmu yang
selama ini dianggap bertentangan yaitu ekonomi dan ekologi, sehingga lahirlah
disiplin ilmu baru yaitu Ecological Economics (Costanza,1991). Memang, sebenarnya kedua disiplin ilmu tersebut
berasal dari akar kata Yunani yang sama, yaitu
oikos yang berarti rumah,
dan nomia berarti manajemen, sedangkan logos berarti studi. Seharusnya
ekonomi dan ekologi merupakan dua disiplin ilmu yang saling melengkapi.
Namun dalam prakteknya, ekonomi lebih banyak membahas pekerjaan manusia, barang
dan jasa yang dapat
dijual, sementara ekologi mempelajari lingkungan alami dan barang dan jasa yang
tidak dapat dijual (Odum, 1989). Dalam rangka menggabungkan ekonomi dan ekologi,
Bank Dunia mendanai lntegrated Conservation and Development Project atau
disingkat ICDP (Sutherland, 2000). Namun beberapa ICDP di lndonesia yang
berusaha menyelamatkan kawasan-kawasan konservasi ternyata kurang berhasil (Wells
et al, 1999).
Untuk dapat mewujudkan
pembangunan berkelanjutan, para pejabat pemerintah, pengusaha dan masyarakat umum
pertama-tama harus membentuk cara pandang yang berjangka panjang dan hotistik
(menyeluruh) tentang nilai barang dan jasa. Kalau selama ini kita menilai barang
dan jasa berdasarkan harganya di pasar (dalam bentuk uang), maka sekarang kita
juga harus menilai fungsinya dalam kehidupan. Contohnya adalah udara bersih dan
air bersih yang dihasilkan oleh hutan. Sebagian kecil air bersih sudah dapat
dijual dalam bentuk air kemasan, tetapi sebagian besar masih dapat kita nikmati
secara cuma-cuma. Meskipun udara dan air bersih bisa diperoleh secara gratis,
tidak berarti kedua barang itu tidak bernilai. Sebaliknya kedua barang itu merupakan
kebutuhan utama manusia yang paling vital sehingga harus kita jaga. Jika ketersediaan
udara dan air bersih berkurang maka manusia tidak dapat hidup sehat danseberapa
besarpun uang yang kita miliki tidak ada nilainya.
Kemiskrnan dan
kurangnya pengetahuan masyarakat merupakan sebagian dari penyebab kerusakan lingkungan di negara-negara
berkembang.Orang yang miskinsulit untuk diajak memikirkan kelestarian
lingkungan jangka panjang. Oleh karena itu, pendidikan sangat dibutuhkan karena pendidikan dapat
mempengaruhi perilaku secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan yang
sangat diperlukan di Indonesia adalah pendidikan ketrampilan dan pendidikan
lingkungan, baik yang bersifat formal maupun
nonformal. Pendidikan ketrampilan akan dapat menciptakan tenaga kerja yang
mampu bekerja di sektor-sektor non formal dan tidak tergantung pada lowongan
kerja di pemerintahan yang sangat terbatas. Dengan terserapnya tenaga-tenaga
kerja usia produktif tersebut, maka
pendapatan masyarakat akan meningkat. Tingkat pendapatan masyarakat yang lebih
tinggi dan pengetahuan lingkungan yang lebih baik akan dapat mengurangi tekanan
penduduk terhadap hutan konservasi dan hutan lindung.
Bersamaan dengan
itu, pemerintah harus menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan yang
memadukan aspek ekonomi dan ekologi, antara lain sebagai berikut:
1.
Dalam mengembangkan pertanian, pemerintah harus
memperhatikan kesesuaian lahan dan agroklimat dengan komoditas yang
dikembangkan. Jenis tanaman yang dikembangkan sebaiknya beranekaragam untuk
menghindari ledakan hama dan penyakit.
2.
Tata ruang kota
perlu mengalokasikan ruang terbuka hijau yang cukup dan rencana itu harus
diimplementasikan dengan tegas. Pemanfaatan lahan yang menyimpang dari tata
ruang harus ditindak tegas.
3.
pertumbuhan penduduk
harus dikendalikan melalui keluarga berencana. Layanan KB disediakan secara
murah, bahkan kalau bisa gratis.
4.
pengembangan
pariwisata harus dilakukan dengan mengikuti pola ekowisata, artinya memperhatikan
aspek konservasi.
5.
Alokasi anggaran pemda
harus memprioritaskan kepentingan umum, bukannya kepentingan aparat (Wiryono, 2007).
Kesimpulan
pembangunan berkelanjutan
hanya dapat dicapai jika pemerintah berjalan dengan bersih, dan masyarakatnya
sejahtera, sehat dan berpendidikan. Sebaliknya, jika masyarakat masih miskin,
kurang berpendikan dan tidak sehat, sementara pemerintahannya tidak bersih,
maka pembangunan berkelanjutan hanya akan menjadi jargon yang tidak akan pernah
terwujud.
Daftar Pustaka
Wiryono. (2007). Menuju pembangunan
berkelanjutan, membangun tanpa merusak lungkungan. Bengkulu: Bumi lestari press
odum, E.P. (1989).
Ecology and our endangered life-support systems sinauer Associates, lnc, Publishers.
Sunderland, Massachusetts.
Co'stanza, R. (1992).
Ecological Economics, The Science and Management of Sustainability.New York:
Columbia University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar