Selasa, 14 November 2017

Sejarah dan Serba-serbi Kampung Inggris Pare



Oleh: Hafizurrahman

Letak Geografis Pare 
Pare merupakan nama sebuah daerah yang terletak 25 km sebelah timur laut Kota Kediri, atau 120 km barat daya Kota Surabaya. Pare berada pada jalur Kediri - Malang dan jalur Jombang - Kediri serta Jombang - Blitar. Sudah lama ada wacana Pare dikembangkan menjadi ibu kota Kabupaten Kediri, yang secara berangsur-angsur dipindahkan dari Kota Kediri. Namun niat ini tidak pernah serius dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau para Bupati yang menjabat. (mulai era Bupati H. Sutrisno, Wacana tersebut akhirnya benar-benar dibatalkan, karena akan mendapatkan protes dari warga di sebagian wilayah Kabupaten Kediri, terutama di daerah selatan-seperti Kras, Ngadiluwih, Kandat dan Ringinrejo dan di daerah barat sungai Brantas-seperti Tarokan, Grogol, Banyakan, Semen dan Mojo. Sehingga diambil jalan tengah dengan menempatkan pusat pemerintahan di wilayah kecamatan Ngasem Kediri, tepatnya di Ds. Sukorejo (biasa disebut Katang) dan akan juga dibangun Pusat Bisnis di Wilayah Kota Baru Gumul.[1]



Lembaga-lembaga Kursus di Pare
Saat ini pare dikenal dengan sebutan kampung Inggris, dan diakui sebagai pusat pendidikan bahasa Inggris terbesar di Indonesia, hal itu dikarenakan saat ini terdapat banyak sekali tempat kursus berbagai bahasa di Pare khususnya bahasa Inggris, selain terkenal sebagai sentra kursus bahasa Inggris yang berkualitas, kursus bahasa Inggris di Pare juga terkenal dengan biayanya yang begitu terjangkau atau murah meriah. saat ini terdapat banyak lembaga kursus yang tersebar di berbagai wilayah di Pare Kediri, jumlahnya mencapai 110 lembaga kursus, berikut adalah beberapa daftar lembaga kursus di kampung Inggris Pare Kediri: BEC, EECC, Liberty, Harvard, HEC 1, HEC 2, Rhima, Pyramid, Beswan, SEC, WTC, LC, Elfast, Mahesa, Smart, Daffodils, Eminance, Mr Bob, Access-es, Global, Nano, Logico, Egyp, Pare Institute, Peace, Interpeace, SKP, Marvelous, Able and Final, Gusto, 22nd, Kresna, Evergreen, Be Friend, New Concept, Unesco, Unicef, Cherry, Cel, Delta, Test, Oxford, Brilliant, Melbourne, Exellent, Ontel, Ocean, Action, Intense, Morning Star, Awareness, Gravity, Fabulous, Dec, Base Camp Academy,[2] dan masih banyak lagi lembaga kursus selain yang disebutkan di atas.


Sejarah Kampung Inggris Pare
            Sejarah kampung Inggris Pare dimulai pada kisaran tahun 1976, ketika itu ada dua orang tamu dari IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kedatangan dua tamu tersebut tak lain hendak belajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Karena di tahun 1976 bagi setiap mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, apabila akan mengikuti ujian negara maka diwajibkan lulus ujian Bahasa Arab dan Bahasa Inggris terlebih dahulu, barulah dapat menempuh ujian negara.  Dua mahasiswa yang diperbincangkan dan menjadi salah satu unsur pembentuk Sejarah Kampung Inggris Pare, adalah Umar Abdullah yang asli Purwoasri Kediri, dan Sukardiono yang berasal dari Kertosono Nganjuk, yang saat itu mencari Kyai Yazid, yang kemudian mereka berdua diajari oleh Bapak Kalend Osen setelah diberi mandat oleh Almarhum Kyai Ahmad Yazid.[3] Kyai Ahmad Yazid, adalah Guru sekaligus Ustad bagi Bapak Kalend Osen, selepas belajar di Pondok Gontor Modern Ponorogo. Kalend Osen yang pernah mendengar bahwa di Pare terdapat seorang Kyai yang mampu berbagai macam bahasa asing membuatnya penasaran dan merasa terdorong untuk hijrah ke Pare, hal itu untuk mewujudkan keinginannya dalam menguasai keterampilan berpidato dan belajar bahasa asing. 



Di zaman pemerintahan Soeharto, Alm.Kyai Yazid sering kali dimintai tolong untuk menjadi penerjemah Bahasa Indonesia ke berbagai negara. Hal itu pulalah yang menjadikan Kalend Osen muda semangat belajar dengan Kyai Yazid dan semakin fasih serta mempuni dalam berbahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Seiringnya berjalannya waktu Bapak Kalend Osean atau yang lebih dikenal saat ini dengan sebutan Mr Kalend mendirikan suatu lembaga kursus yang diberi nama Basic English Course (BEC), dan BEC merupakan lembaga kursus pertama dan tertua di Pare, inilah pelopor berdirinya lembaga-lembaga kursus lainnya di Pare. 
 


Waktu Belajar dan Biaya Kursus
Kegiatan belajar di Kampung Inggris dimulai setiap tanggal 10 dan 25 sepanjang tahun, Lembaga kursus biasanya membagi programnya dalam durasi dua minggu dan satu bulan, adapun biaya belajar disetiap lembaga berbeda-beda mulai dari yang termurah sampai yang termahal, namun dibandingan dengan biaya kursus di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, biaya belajar bahasa Inggris di Pare tergolong relatif lebih murah. Adapun kisaran biaya pembelajaran dan program yang ditawarkan ialah sebagai berikut:
Program
Durasi
Kisaran Biaya
Lembaga Kursus
2 Minggu
Rp120.000 – Rp175.000
Access ES, Global E, Elfast, Mahesa, Mr Bob English Club,
1 Bulan
Rp240.000 – Rp260.000
2 Minggu
Rp135.000 – Rp200.000
Access ES, Global E, Elfast, Mahesa, Oxford ILA, Kresna
1 Bulan
Rp195.000 – Rp360.000
2 Bulan
Rp325.000
Kresna
2 Minggu
Rp75.000 – Rp150.000
Access ES, Global E, Webster
2 Minggu
Rp100.000 – Rp135.000
Access ES, Global E, Mr Bob English Club
2 Minggu
Rp120.000 – Rp150.000
Global E, Oxford
2 Minggu
Rp225.000 – Rp295.000
Global E, Elfast, Mahesa, Kresna
1 Bulan
Rp215.000 – Rp295.000
2 Minggu
Rp220.000 – Rp370.000
Global E, Oxford ILA, Elfast
2 Minggu
Rp500.000 – Rp900.000
Access ES, Global E, Elfast, Mr Bob, Marvelous, Webster
1 Bulan
Rp700.000 – Rp1.400.000

Kuliner Pare
            Pare merupakan daerah yang sangat kaya akan kulinernya dengan biaya kuliner yang relatif murah, bahkan dengan uang lima ribu rupiah saja anda sudah bisa kenyang untuk sekali makan, tentunya dengan menu yang sederhana. banyak sekali rumah-rumah makan di sekitar kampung Inggris Pare, mulai dari yang lesehan sampai yang sekelas dengan cafe dan restoran, dan harganya pun cukup ramah bagi kantong para pelajar atau mahasiswa. Wisata kuliner di Pare juga sangatlah variatif, mulai dari cemilan-cemilan murah seperti ketan susu, pentol, sampai makanan berat khas Jawa seperti pecel, bahkan sampai makanan modern sekelas fried chicken, steak, dan ayam bakar pun banyak dan mudah dijumpai dengan harga yang relatif murah dibandingkan biaya kuliner di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.